Sebarkan Pesan Rohani dari Atas Cervelo S5 dan Focus Izalco Max

- Tubuhmu adalah bait roh kudus dan milik Allah (1 Korintus 6:19). Bersepeda adalah hadiah dari Tuhan. Yes, saya jadi fit dan selalu siap melayani jemaat -

Aryanto Nugroho, pendeta Gereja Jemaat Allah Global Indonesia

 

Sepeda bisa membawa pesan-pesan rohani. Paduan sepeda, balapan, dan profesi pendeta berjalan harmonis di tangan Aryanto Nugroho. Pendeta Gereja Jemaat Allah Global Indonesia ini aktif juga sebagai ketua harian komunitas sepeda Tendbir Semarang.

Sejak menjadi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), Aryanto sudah bersepeda. Road bike merek Federal jadi alat transportasi dan sarana bermain waktu itu.

Seiring waktu, Aryanto kian dewasa dan makin sibuk. Olahraga berganti menekuni Aikido dan tenis. Setelah kelahiran anak pertama, berat badannya “meledak” menjadi 86 kg. “Saya dan istri mulai cemas. Karena sudah menjurus ke gendut, nih!” celotehnya.

Ingat akan olahraga lamanya, bersepeda kembali ditekuni sejak 2011. Kali ini diajak oleh Hengky, teman bermain tenis dari klub PDAM Semarang. Waktu itu bersepeda menggunakan mountain bike (MTB) Polygon Xtrada.

Memulai gowes seperti cinta lama yang bersemi kembali, Aryanto langsung serius. Tahun 2012, Aryanto mengganti sepedanya dengan road bike.

"Tahun itu juga saya gabung dengan komunitas Tendbir. Diajak oleh Enrico Juliarta, cyclist senior dan pelatih di sini. Saya mau karena latihannya serius dan saya enjoy menggunakan road bike yang bisa dipakai ngebut. Juga Tendbir sangat mendominasi di dunia road bike Semarang,” bilang Aryanto.

Sesuai dengan spiritnya yaitu berkompetisi. Meskipun terhitung baru terjun di dunia road bike, Aryanto sudah berulang kali mengikuti lomba. “Masih di 2012, saya sudah dipercaya mengikuti lomba di Tegal atas nama komunitas. Dan hasilnya? Tidak finis!” bilangnya lantas tertawa.

Pasalnya, saat itu Aryanto masih belum paham strategi lomba. Yang penting gowes sekuat tenaga secepat-cepatnya. Dan berhasil. Sembilan lap, Aryanto di depan terus. Lap terakhir, kesepuluh, Aryanto jatuh di tikungan pertama. Sayang sekali padahal gelar juara sudah di ambang mata.

Tak patah semangat, di tahun yang sama, Aryanto kembali mengikuti lomba. Kali ini lomba lokal di Velodrome Semarang. “Saya sudah banyak belajar strategi balap dan akhirnya saya berhasil peraih podium juara satu kelas Master A (usia 31-40 tahun),” bangganya. Dari situlah, titik balik Aryanto jadi penghobi yang fokus di balap sepeda amatir.

Tapi dari semua lomba yang pernah Aryanto ikuti, lomba di JIExpo Night Criterium tahun 2014 yang paling berkesan. Waktu itu, menggunakan Giant TCR Advance dan dirinya tidak diperhitungkan sama sekali.

 

Lomba dengan jarak 23 km sebanyak 10 lap itu berlangsung seru. Hingga putaran ke-enam Aryanto masih di dalam peloton besar. Selepas itu, Aryanto dikomando oleh Argo Wibowo untuk maju ke depan dan mencoba kabur.

Tidak ada perlawanan dari pembalap lain karena Aryanto dianggap bukan unggulan dan tidak lama pasti akan “habis”. Tapi Aryanto yang betah “sakit” bisa menahan gap sehingga jarak dirinya dengan peloton semakin jauh.

Tepat di putaran ke-delapan, Enrico memberi komando untuk melakukan attack sekali lagi agar makin menjauh dari peloton. Setelah itu baru peloton sadar dan berusaha mengejar tapi Aryanto sudah terlalu jauh untuk dikejar sedangkan balapan sudah mau selesai.

“Akhirnya saya finis sendirian 300 meter di depan peloton dan disambut dengan kembang api menyala di kiri dan kanan. Sungguh tidak menyangka saya bisa juara satu saat itu!” ceritanya berapi-api.

Hadiahnya? Selain uang, ada jersey Team SKY asli dengan tanda tangan rider Team SKY Tahun 2013! “Sampai sekarang masih saja pajang di kamar saya jerseynya. Itulah hadiah terindah didapat dengan momen kemenangan terindah juga!” bangganya.

Saat ini, Aryanto dan tim Tendbir sedang mempersiapkan diri mengikuti even Tugu Muda Race di kelas TTT dan Criterium kelas Master B di bulan Juni.

Suami dari Wiwin Fridayani ini bersyukur sekali kepada Tuhan karena dirinya didukung oleh distributor sepeda. Sehingga bisa mendapatkan sepeda high end dengan harga terjangkau.

“Sejak awal saya memang fokus balapan sehingga distributor sepeda melirik saya untuk menggunakan produknya di ajang balap. Road bike pertama, Giant TCR Advance disupport oleh distributor Giant dan menang di JIExpo Night Criterium 2014. Lalu Bikeaholic mendukung saya dengan Focus Izalco Max. Membuat saya naik podium GFNY Bali dan Lombok. Terakhir, distributor yang sama memberi dukungan senjata baru, Cervelo S5 sehingga saya bisa menjuarai TTT di Tegal tahun 2018 dan Tugu Muda Race di Semarang tahun 2018,” jelas Aryanto.

Ayah dari Asher Yoshua, Azarya Kaleb dan Abigail Debora ini tak henti-hentinya membawa pesan bahwa “tubuhmu adalah bait roh kudus dan milik Allah” (1 Korintus 6:19).

Maka bersepeda bisa menjadi bagian dari ibadah yaitu untuk menjaga tubuh tetap sehat, hati bahagia, dan mensyukuri kehidupan. Karenanya bersepeda bukan tentang memamerkan kecepatan atau bagusnya sepeda kepada orang lain. Tapi tentang merasakan berkat Tuhan ketika mengayuh.

“Sampai-sampai kalau sedang gowes sendirian apalagi dalam keheningan atau di tanjakan dengan pemandangan indah, buat saya gowes itu seperti meditasi sambil konstan mengayuh,” tutup warga kawasan Jalan Jeruk, Lamper Lor, Semarang ini.(mainsepeda)

 


COMMENTS