Lingkar Perut Mulai Tak Normal, Lahirlah Bapack-Bapack Bersepeda (B3) di Jepang

Begitu mendengar nama komunitas ini, mungkin sebagian orang mengernyitkan dahi. Nama komunitas ini B3. Di dunia medis dan industri, B3 biasanya singkatan dari Bahan Berbahaya dan Beracun. Tapi di Jepang ada komunitas B3 yang ternyata singkatan dari Bapack-Bapack Bersepeda.

Mendengar kepanjangan itu, Anda sudah tahu: itu komunitas bersepeda warga negara Indonesia. Ya, komunitas ini dibuat WNI di Jepang, tepatnya di prefektur Osaka yang hobi bersepeda. Mayoritas anggota B3 adalah pegawai dari Astra Daihatsu Motor.

Menariknya, komunitas ini berdiri karena kekhawatiran sejumlah orang yang mulai obesitas. Mereka kemudian mulai mencari alternatif olahraga untuk mengurangi berat badan. Pilihannya kemudian jatuh pada bersepeda.

“Awalnya kami hanya bersepeda di sekitar lokasi apartemen. Di benak kami belum terbesit sedikitpun akan menghadapi tanjakan dan gradien. Sebab sepeda yang kami gunakan hanya road bike vintage,” kenang Ahmad Fadel Arifin, koordinator B3 kepada mainsepeda.

Lambat laun, mulai banyak para karyawan Astra Daihatsu Motor asal Indonesia yang ikut keracunan bersepeda. Dari yang awalnya hanya bersepeda di sekitar apartemen, beberapa orang kemudian ingin naik level. Mencari tantangan baru. Bersepeda di rute menanjak di Jepang.

Lantaran semakin banyak orang-orang yang ikut bersepeda bersama, akhirnya diputuskan membentuk komunitas. Berdirinya B3 pada April 2021. Diberi nama Bapack Bapack Bersepeda karena semua anggotanya laki-laki.

B3 saat ini memiliki 45 anggota. Tidak hanya WNI, tapi mulai ada juga dari negara lain. Salah satunya warga negara Malaysia.

“Dulu di awal-awal bersepeda, kami sering disalip pelari. Bahkan ketika bersepeda menanjak, kami disalip cyclist-cyclist yang, maaf, sudah lansia. Tapi sekarang karena sudah mulai konsisten berlatih, sebagian dari kami sudah bisa lolos tanjakan. Walaupun terseok-seok,” cerita pria yang juga bekerja sebagai engineering itu.

B3 biasa berkumpul di 7eleven dekat kantor sebelum gowes. B3 memiliki agenda gowes setiap Sabtu atau Minggu. Rutinnya mereka gowes dengan jarak 40-80 km. Rute gowes mingguan favorit B3 adalah Osaka Castel, Banpaku Kinen Koen, Katsuoji, Biwako, Arashiyama, Kobe Oort tower, dan Rokko Yama.

B3 juga rutin membuat event bulanan. Biasanya fondo dengan rute rata-rata 100 km. Di event bulanan itu, B3 sudah pernah gowes menuju Pohon Seribu Tahun, Hitokura Dam dan  Katsuoji.

“Rute paling favorit B3 itu di Mounth Rokko. Sebab kami bisa gowes bersamaan dengan turunnya salju,” tambah Fadel.

Menurut Fadel perbedaan kultur bersepeda di Jepang dan di Indonesia yang utama adalah respon pengendara lain terhadap cyclist. Pengendara motor di Jepang lebih menghargai pesepeda. Sehingga cyclist lebih merasa aman. Di sisi lain kontur jalan di Jepang juga relatif lebih mulus dibanding di Indonesia.

“Di Jepang juga hampir setiap pagi, siang, sore, malam, selalu ada yang bersepeda. Biasanya kelompok kecil. Bahkan mayoritas sendiri. Sedangkan kalau di Indonesia kan mayoritas hanya bersepeda ketika weekend saja dan lebih ke kelompok besar," kata Fadel.

Fadel berharap, B3 makin banyak meracuni orang-orang untuk aktif bersepeda. Baik itu warga Indonesia, maupun dari negara lain. Itu tujuan besarnya. Tujuan kecilnya, kata Fadel adalah bagaimana agar para anggota B3 bisa kembali memakai baju dengan lingkar perut normal. "Kami juga ingin ke depan bisa ikut event-event sepeda di Jepang,” pungkasnya.(mainsepeda)


COMMENTS