Terpesona Pulau Seram, Terpikat Manusela KOM

Stanley Ferdinandus berhasil menyelesaikan Pedal for Education 1000 KM. Dalam gowes untuk memperingati tahun kesepuluh Heka Leka itu, ia berhasil mengumpulkan donasi berupa tujuh paket laptop, uang sebanyak Rp 7,5 juta, dan perlengkapan sekolah. Donasi tersebut diberikan ke lembaga pendidikan di Keta dan Aboru di Maluku.

Perjalanan Stanley gowes 1000 kilometer itu dibagi menjadi dua sesi. Pada 500 kilometer pertama ia melintasi Pattimura loop di Ambon selama hampir 24 jam pada medio Mei lalu.

"Jarak 500 kilometer dalam sehari itu pengalaman pertama dan berat. Butuh persiapan. Apalagi waktu itu cuacanya hujan," ungkap Stanley.

BACA JUGA: Gowes 1.000 Km untuk Support Pendidikan di Maluku

Lalu 500 kilometer kedua ditempuh selama tiga hari mulai 19-21 Mei. Stanley menyeberang ke Pulau Seram. Pada hari pertama ia melibas jarak 116 kilometer dari Waipirit-Waipia dengan medan datar dengan sedikit tanjakan.

Pada hari kedua, jaraknya mencapai 148 kilometer. Melewati tanjakan di Manusela yang elevasinya ribuan meter. "Ini tanjakan cukup bahaya. Jarang ada cyclist yang ke sana. Dari kota Waipia sampai Wahai jam 8 malam," lanjut Stanley.

Kemudian dari Wahai ke Desa Keta, Stanley menempuh jarak 269 kilometer. Total jarak dalam perjalanan bagian kedua ini adalah 533 km. Selama perjalanan itu, ia melewati kondisi jalan yang rusak. Kadang harus melintas di sungai-sungai kecil di sekitar jembatan.

"Tiba di Desa Keta tengah malam, disambut sama upacara khusus. Luar biasa sambutannya. Jadi total bagian dua itu lebih dari 543 kilometer untuk perjalanan selama tiga hari," paparnya.

Perjalanan menempuh 1000 kilometer itu sangat berkesan bagi Stanley. Terutama dalam perjalanan melintasi Pulau Seram. Dari situ ia melihat potensi Pulau Seram menjadi destinasi gowes.

"Ada Manusela KOM yang bisa jadi primadona buat gowes. Elevasinya mencapai 3.300 meter untuk jarak 80 kilometer," tutur pria asal Ambon itu.

Selain itu, pria yang menjabat Ketua ISSI Maluku ini melihat perjuanganannya untuk membangun pendidikan di Maluku masih sangat panjang dan berat. Selama perjalanan, ada berbagai macam keterbatasan.

"Guru-guru masih terbatas, anak-anak masih berjalan berkilo-kilo meter untuk ke sekolah, tidak ada tv, dan akses internet. Dengan ini butuh kolaborasi berbagai pihak untuk membangun pendidikan yang layak di Maluku," ujarnya.

Selama perjalanan itu, Stanley bersyukur semua berjalan lancar. Kendala yang lumayan berat saat nanjak di Manusela dan cuaca yang hujan. Namun, semua bisa ia lewati. (mainsepeda)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 47

Audionya bisa didengarkan di sini

Foto: Dokumentasi Stanley Ferdinandus


COMMENTS