Rumah Besar Pecinta Seli di Bandung Raya

Cepot Lipet Bandung (CLB) menjadi wadah komunitas sepeda lipat di Bandung, tanpa memandang mereknya. Mulanya anggota CLB merupakan bagian dari Federal Bandung Indonesia (FBI). Karena anggota makin banyak, akhirnya mereka mendirikan bendera sendiri.

Ketua CLB Angga Marditama Sultan Sufanir menjelaskan, nama CLB diambil dari logo FBI yang bergambar kepala Cepot, salah satu tokoh pewayangan Sunda. Selain itu, Cepot juga melambangkan Jawa Barat. Sedangkan kata "lipet" merupakan Bahasa Sunda dari lipat.

Sejak berdiri pada 21 Mei 2017 lalu, anggota CLB sudah sudah mencapai 267 orang. Mereka tersebar di seluruh Bandung raya. "Setiap kegiatan seperti anniversary, yang datang bisa mencapai lebih dari 300 orang," kata Angga, sapaan akrabnya.

CLB juga memiliki agenda khusus. Dalam kurun waktu dua-tiga bulan sekali mereka melakukan touring. Salah satunya Gowes Maranggi dengan rute Bandung-Purwakarta. Finisnya selalu mampir di rumah makan sate maranggi.

"Untuk di Bandung sendiri biasanya sebulan sekali ada CLB Loop di Gelora Bandung Lautan Api. Tidak ada target. Sekuatnya saja. Paling 30-50 kilometer," ucap pria asal Padang, Sumatra Barat itu.

Tidak hanya gowes, mereka juga rutin melakukan kegiatan sosial. Seperti menggalang dana untuk korban bencana alam. Serta rutin melakukan donor darah setiap tiga bulan sekali.

"Kami ajak semua komunitas untuk donor darah. Sekali donor bisa 100 orang. Aksi ini juga untuk membentu PMI. Apalagi sekarang orang masih takut donor karena pandemi," ujar pria 37 tahun itu.

Rencananya, mereka akan menggelar event pada ulah tahun keempat pada Mei mendatang. Menurut Angga, tiap ulang tahun CLB selalu dikemas meriah. Disertai dengan panggung hiburan dan berbagai macam doorprize. Tapi karena masih pandemi, mereka membuat langkah alternatif.

"Seperti tahun kemarin. Kami mengadakan event virtual ride agar tidak terjadi kerumuman. Nanti tetap ada hadiah dari sponsor," bilangnya.

Pandemi, lanjut Angga, juga membuat pengguna sepeda lipat di Bandung juga mengalami kenaikan. Kebanyakan merupakan pesepeda baru. Angga menyesalkan karena para newbie ini belum paham etika berlalu lintas.

"Ngeri juga karena kurang tertib. Misalnya menerobos lampu merah, lalu sampai ada kecelakaan," tuturnya.

Angga sadar, pertumbuhan jumlah pesepeda harus diiringi dengan edukasi agar tertib di jalan raya. Oleh karena itu, CLB acap kali bekerja sama dengan Dinas Perhubungan terkait kampanye ini.

"Kami ingatkan supaya tidak melewati batas garis di traffic light. Kemudian penggunaan fly over bukan untuk pesedepa. Biasanya yang baru-baru belum tahu tentang ini," bilang Angga. (mainsepeda)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 41

Audionya bisa didengarkan di sini

Foto: Cepot Lipet Bandung


COMMENTS