ZID dan Perannya Memopulerkan Zwift di Indonesia

Platform Zwift kian meroket dalam caturwulan pertama 2020. Zwift menjadi alternatif utama yang dipilih cyclist di tengah pandemi coronavirus. Kepopuleran Zwift juga terasa di Indonesia. Banyak cyclist dalam negeri yang menggunakan aplikasi ini untuk berlatih di rumahnya masing-masing.

Sejak dirilis pada September 2014, Zwift berhasil memikat hati cyclist di seluruh dunia. Aplikasi ini marak digunakan di Amerika Serikat dan beberap negara di Eropa. Zwift mulai dikenal di Indonesia pada 2015. Iman Santoso adalah satu dari segelintir cyclist Indonesia yang pertama kali mencoba aplikasi ini.

"Zwift mulai digunakan di Indonesia sekitar akhir 2015. Tapi penggunanya ya orang itu-itu saja. Padahal di negara lain sudah booming," cerita Santoso, sapaan akrabnya kepada Mainsepeda.com akhir pekan lalu.

Santoso berpaling ke Zwift setelah mengalami kecelakaan saat gowes. Tak hanya sekali, tapi dua kali crash di jalan. Walaupun tak mengalami luka parah, sepedanya hancur. Padahal ia sedang mempersiapkan diri mengikuti kejuaraan Iron Man di luar negeri.

Santoso pun mulai mencari alternatif bersepeda yang aman, dan menyenangkan. Ia mencoba berbagai aplikasi bersepeda indoor. Ada banyak platform yang telah dijajal. Sayang semuanya gagal memuaskan Santoso. Ia merasa bosan karena hanya berhadapan dengan grafik di layar laptop atau handphone.

Kemudian ia berselancar lagi di dunia maya. Santoso berhasil menemukan platform baru. Zwift namanya. Pada saat itu Zwift masih versi Beta. Belum komplet seperti sekarang. Ternyata Zwift inilah yang selama ini dicari-cari oleh Santoso. Zwift itu beda, katanya.

"Selama ini saya sudah mencoba berbagai aplikasi trainer. Cuma Zwift lah yang paling baru. Ada unsur sosialnya. Ada interaksinya. Kami gowes virtual bareng teman-teman pun menjadi menyenangkan," ungkapnya.

Merasa menemukan mainan baru yang menyenangkan, Santoso pun mulai 'meracuni' teman-teman gowesnya. Satu persatu kawan diperkenalkan dengan aplikasi buatan Jon Mayfield, Eric Min, Scott Barger, dan Alarik Myrin tersebut. Salah satunya adalah cyclist asal Aljazair, Abdoullah Mitiche.

"Saya mencari orang-orang terkenal dan disegani oleh komunitas sepeda. Waktu itu Abdoul saya rayu. Cukup lama juga proses rayunya. Akhirnya berhasil. Eh sekarang dia sendiri yang gila-gilaan nge-Zwift. Kalau weekend bisa tiga hingga empat jam," katanya seraya tertawa.

Agar aplikasi ini semakin dikenal, Santoso bersama sejumlah kolega seperti Oom Timo, Oom Ari, dan Oom Ido sepakat membentuk sebuah komunitas. Namanya ZID. Singkatan dari Zwift Indonesia. Santoso pada saat ini menjabat sebagai Presiden ZID.

Selain membuat grup di WhatsApp, mereka juga membikin grup di Facebook. Nama ZID pun kian dikenal seiring dengan meningkatnya pengguna Zwift di Indonesia. Mereka berulang kali diundang untuk menyemarakkan event-event sepeda.

Jumlah membernya semakin melonjak pada 2017 lalu. Hinggga menembus angka 600 orang. Pelonjakan ini disebabkan banyaknya kejadian kejahatan dan kecelakaan di jalanan. Sehingga sejumlah cyclist berpaling ke Zwift. Toh meski bersepeda dari rumah, mereka tetap bisa berinteraksi dengan kawannya.

Sebagai wadah pengguna Zwift di Indonesia, ZID sering mengadakan gowes bareng secara virtual. Bukan hanya itu, mereka juga acap kali membuat challenge, atau mengikuti tantangan yang dibikin oleh tim WorldTour atau organisasi bersepeda lainnya.

"Ada tantangan nge-Zwift terjauh, ada juga nanjak tertinggi dalam satu kali nge-Zwift. Bahkan ada pula yang ikut tantangan nge-Zwift 24 jam," ungkapnya. "Setiap hari juga ada group ride schedule dengan durasi satu jam. Seringnya dilakukan pada pagi hari," cerita Santoso.

Pandemi coronavirus membuat pengguna Zwift semakin meningkat. Santoso dibikin takjub dengan fenomena ini. "Sekarang sudah tak terhitung berapa cyclist Indonesia yang menggunakan Zwift. Banyak sekali. Ribuan orang," tuturnya.(mainsepeda-bersambung)

Foto: Dokumentasi ZID


COMMENTS