Setiap negara dan lomba kondang punya tanjakan iconic masing-masing. Tour de France punya Alpe de Huez dan Mont Ventoux. Giro d'Italia punya Mortirolo dan Monte Zoncolan. Vuelta a Espana, yang sekarang sedang berlangsung, punya pesaingnya. Namanya Alto de l'Angliru, yang terletak di dekat kota Oviedo, kawasan Asturias, di utara Spanyol.

Bukan sekadar pesaing. Angliru bahkan disebut sebagai tanjakan TERKEJAM di arena balap sepeda dunia. Bersaing ketat dengan Mortirolo dan Zoncolan di Italia.

Tanjakan Angliru ini sudah tujuh kali dipakai di Vuelta a Espana. Biasanya, tanjakan ini dipakai sebagai penentu juara overall mendekati akhir grand tour kebanggaan Spanyol itu.

Pada 2013, Chris Horner (RadioShack-Leopard-Trek) menang duel atas Vincenzo Nibali (Astana) untuk mengunci gelar. Pada 2017, Alberto Contador (Trek-Segafredo) meraih kemenangan terakhirnya di Angliru. Pada hari yang sama, Chris Froome (Team Sky) mengamankan gelar La Vuelta.


Alberto Contador saat menaklukkan Alto de l'Angliru pada Vuelta a Espana 2017. 

Minggu ini, 1 November, peloton Vuelta a Espana 2020 akan mengunjunginya sebagai finis Etape 12. Memang bukan lagi etape penentu overall, tapi tetap menjadi salah satu hari paling dilingkari.

Menonton pembalap kelas dunia mencoba menaklukkan Angliru itu seperti melihat adegan penyiksaan di film-film horor atau perang. Tanjakan ini benar-benar kejam.

Secara panjang, Angliru sebenarnya tidak ekstrem. "Hanya" 12,5 kilometer. Secara kemiringan rata-rata, sekilas juga tidak seram. "Hanya" 10,1 persen. Tinggi puncaknya juga tidak ekstrem. "Hanya" 1.573 meter di atas permukaan laut.

Lalu mengapa tanjakan ini begitu disegani? Karena Angliru bukanlah tanjakan yang punya "irama." Pembalap/cyclist harus tahan dengan perubahan kemiringan, dari landai ke supercuram. Berkali-kali.

Pada 5 km pertama, rata-rata kemiringannya 7,6 persen. Kalau di Indonesia, ini seperti ke Bromo. Berat, tapi tidak kejam. Pada kilometer 6, jalan jadi ringan, hanya miring 2 persen. Plus sedikit turunan.

Nah, separo akhir tanjakan ini yang sangat menantang. Rata-ratanya melonjak jadi 13,1 persen! Beberapa bagiannya bahkan menembus angka 20 persen. Bagian paling berat disebut Cuena les Cabres, dengan kemiringan hampir 24 persen, sekitar 3 km dari puncak.

Bukan hanya kemiringannya yang ekstrem, Angliru juga dikenal dengan cuaca yang kurang mendukung. Sering sekali diliputi kabut. Dan kalau hujan disertai angin kencang.

Biasanya, ribuan penonton juga memenuhi sisi jalannya, menyulitkan pembalap untuk bermanuver. Tapi tahun ini, karena pandemi, La Vuelta melarang adanya penonton di tanjakan. Jadi, para pembalap bisa lebih leluasa bertarung! (azrul ananda)

Podcast Main Sepeda Bareng AZA x Johnny Ray Episode 20

Populer

Criterium du Dauphine 2025, Etape 7: Pogacar Semakin Dekat Juara Umum
Criterium du Dauphine 2025, Etape 6: Pogacar Menang, Vingegaard Kewalahan
Kolom Sehat: Dauphine dan Kegelisahan 
Nggravel Blitar 2025: Berburu Cyclocomp iGPSport BiNavi Sembari Liburan Keluarga Seru
Trik Sepeda Unbound Gravel 2025: Ban Makin Lebar, Eksperimen Dua Pentil
Nggravel Blitar 2025: Rehat Ngopi di De Karanganjar, Finis Makan Masakan Mak Ti 
Jajal Rute Dholo KOM, Wakapolda Jatim Tanpa Nuntun
181 Cyclist Starter Bentang Jawa 2025
Tour de Surakarta Kembali Digelar, Ajak Peserta Kenali Budaya Solo
Criterium Dauphine 2025, Etape 5: Jake Stewart Menang, Evenepoel Terselamatkan